Tuesday, August 18, 2015

Penerbangan di Papua rawan kecelakaan akibat cuaca

Salah satu kado ulang tahun NKRI yang ke-70 kali ini sangat tidak mengenakkan. Satu lagi kecelakaan pesawat terbang terjadi dan menimpa salah satu maskapai yakni Trigana Air di daratan Papua. Penerbangan yang mengambil rute Jayapura - Oksibil ini jatuh dan sampai hari ini diberitakan bahwa 54 orang awak pesawat dan penumpangnya tewas karena tidak diketemukan tanda-tanda kehidupan. Pesawat merupakan alat transportasi yang sangat vital di Papua karena sedikit jalan darat yang menghubungkan antara kota atau wilayah satu dengan kota atau wilayah yang lain. Transportasi udara merupakan angkutan yang sangat praktis dan cepat dalam mendistribusikan segala sesuatu, termasuk barang-barang kebutuhan hidup masyarakat. Tanpa pesawat terbang, hampir mustahil untuk pergerakan orang dan bahan bisa dilaksanakan mengingat medan yang sangat berat, bergunung-gunung dan berhutan belantara.

Di sisi lain, cuaca - musim - iklim (cusiklim) di wilayah tersebut sangat dinamis. Pegunungan yang menjulang tinggi sangat berpengaruh pada cusiklim di Papua. Kita tahu bahwa pembentukan perawanan orografis sangat terdukung dengan adanya topografi yang kuat. Di lain pihak pola monsoon banyak berinteraksi dengan pola lokal tersebut sehingga menghasilkan pola cuaca, musim dan iklim yang unik dan tidak statis. Sayangnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk dunia penerbangan masih sangat minim dan mungkin malah tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ICAO (organisasi penerbangan sipil internasional). Hanya karena "terpaksa" maka betapapun berbahayanya terbang dengan pesawat yang tidak diberikan informasi cuaca yang memadai, penerbangan pun dilaksanakan. Para calon penumpang tidak punya pilihan lain karena memang sampai saat ini belum ada moda transportasi yang bisa mengalahkan pesawat terbang. Biaya transportasi yang mahal sehingga mendorong harga-harga mahal terpaksa mereka bayar.
Oleh sebab itu, ke depan, sudah seharusnya pemerintah mendukung dan berempati dengan masyarakat Papua karena kekayaan alam Papua pun banyak dirasakan oleh masyarakat pulau lain di NKRI. Kekayaan alam Papua harus juga digunakan untuk sebesar-besar kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Papua. Sarana dan prasarana untuk tujuan penerbangan sudah sewajarnya diperbaiki dan direvitalisasi.

Friday, August 14, 2015

Patroli udara untuk keamanan maritim kita

Beberapa waktu ini, Mentri Susi Pujiastuti telah menunjukkan taringnya dalam menangani pencurian ikan di perairan maritim kita. Meskipun belum benar-benar menghapuskan pencurian ikan di wilayah kita namun setidaknya membuat ketar-ketir para nelayan dan pengusaha asing yang selama ini menjarah ikan di nusantara. Betapa tidak, perahu-perahu para pencuri ikan tersebut bila tertangkap berisiko untuk ditenggelamkan. Trilyunan rupiah per tahun kekayaan laut kita selama ini dijarah oleh kapal-kapal asing yang seringkali menggunakan tenaga kerja masyarakat kita yang awam dan menggunakan bendera merah putih. Ironis sekali, kekayaan laut kita justru dijarah dengan memperalat tenaga kerja Indonesia yang dibayar murah. Bahkan pernah salah satu kapten kapal asing mengatakan bahwa tenaga kerja kita hanya layak untuk jadi jongos atau pembantu di kapal-kapal asing dan tidak pantas untuk  menjadi kapten kapal. Ucapan yang sangat merendahkan martabat bangsa Indonesia. Orang yang mengatakan semacam itu memang harus disumbat mulutnya.
Wilayah-wilayah upwelling yang kaya ikan sebenarnya bisa diperkirakan dari arah angin yang bertiup menuju pantai. Wilayah-wilayah inilah yang diburu oleh para kapten kapal asing yang sudah berpengalaman dan berpengetahuan meteorologi dan oseanografi yang baik. Dari berita-berita sinoptik yang mereka peroleh baik dari stasiun maritim terdekat maupun dari saluran-saluran berita cuaca dapat digunakan untuk tujuan menentukan daerah upwelling tersebut. Oleh karena itu maka wajarlah bahwa kapal-kapal asing yang berkeliaran di wilayah kita-pun bisa kita perkirakan keberadaannya dari berita-berita tersebut. Dibutuhkan ahli meteorologi dan oseanografi serta perikanan untuk menganalisis semua berita tersebut sehingga bisa dimanfaatkan oleh aparat keamanan (mungkin di bawah Badan Koordinasi Keamanan Laut / BAKAMLA atau TNI) untuk menangkap kapal-kapal asing tersebut.
Selama ini patroli keamanan laut lebih sering dilakukan dengan kapal laut dibanding dengan pesawat udara dan drone. Kapal-kapal asing yang sering jauh lebih canggih daripada kemampuan teknologi pengamanan maritim kita menyebabkan kapal-kapal tersebut sering lolos dari penangkapan. Sudah selayaknya perbaikan teknologi pengamanan laut kita ditingkatkan. Dan, yang perlu terus diupayakan adalah peningkatan pemahaman tentang kondisi meteorologis wilayah kita yang demikian unik. Kita semua tahu bahwa kondisi cuaca dan iklim sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pengamanan wilayah laut kita.  Cuaca yang buruk sangat mengganggu pada penerbangan pesawat dan drone sehingga tidak dapat beroperasi optimal. Cuaca buruk juga akan menyebabkan gelombang besar sehingga menghalangi kapal patroli kita untuk beroperasi. Pemahaman inilah yang harus dimiliki oleh para pemegang kekuasaan dalam mengamankan kawasan maritim nusantara.